Selasa, 26 Juli 2011

SATRIO PININGIT...


Inilah 7 Satrio Piningit Dipaparkan ada tujuh satrio piningit yang akan muncul sebagai tokoh yang dikemudian hari akan memerintah atau memimpin wilayah seluas wilayah “bekas” kerajaan Majapahit. Berkenaan dengan itu, banyak kalangan yang kemudian mencoba ...menafsirkan ke-tujuh Satrio Piningit itu adalah sebagai berikut : 1. Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoro Tokoh pemimpin yang akrab dengan penjara (Kinunjoro), yang akan membebaskan bangsa ini dari belenggu keterpenjaraan dan kemudian akan menjadi tokoh pemimpin yang sangat tersohor diseluruh jagad (Murwo Kuncoro). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Soekarno, Proklamator dan Presiden Pertama Republik Indonesia yang juga Pemimpin Besar Revolusi dan pemimpin Rezim Orde Lama. Berkuasa tahun 1945-1967. 2. Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar Tokoh pemimpin yang berharta dunia (Mukti) juga berwibawa/ ditakuti (Wibowo), namun akan mengalami suatu keadaan selalu dipersalahkan, serba buruk dan juga selalu dikaitkan dengan segala keburukan / kesalahan (Kesandung Kesampar). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Soeharto, Presiden Kedua Republik Indonesia dan pemimpin Rezim Orde Baru yang ditakuti. Berkuasa tahun 1967-1998. 3. Satrio Jinumput Sumela Atur Tokoh pemimpin yang diangkat/terpungut (Jinumput) akan tetapi hanya dalam masa jeda atau transisi atau sekedar menyelingi saja (Sumela Atur). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai BJ Habibie, Presiden Ketiga Republik Indonesia. Berkuasa tahun 1998-1999. 4. Satrio Lelono Tapa Ngrame Tokoh pemimpin yang suka mengembara / keliling dunia (Lelono) akan tetapi dia juga seseorang yang mempunyai tingkat kejiwaan Religius yang cukup / Rohaniawan (Tapa Ngrame). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai KH. Abdurrahman Wahid, Presiden Keempat Republik Indonesia. Berkuasa tahun 1999-2000. 5. Satrio Piningit Hamong Tuwuh Tokoh pemimpin yang muncul membawa kharisma keturunan dari moyangnya (Hamong Tuwuh). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Megawati Soekarnoputri, Presiden Kelima Republik Indonesia. Berkuasa tahun 2000-2004. 6. Satrio Boyong Pambukaning Gapuro Tokoh pemimpin yang berpindah tempat (Boyong / dari menteri menjadi presiden) dan akan menjadi peletak dasar sebagai pembuka gerbang menuju tercapainya zaman keemasan (Pambukaning Gapuro). Banyak pihak yang menyakini tafsir dari tokoh yang dimaksud ini adalah Susilo Bambang Yudhoyono. Ia akan selamat memimpin bangsa ini dengan baik manakala mau dan mampu mensinergikan dengan kekuatan Sang Satria Piningit. Atau setidaknya dengan seorang spiritualis sejati satria piningit yang hanya memikirkan kemaslahatan bagi seluruh rakyat Indonesia sehingga gerbang mercusuar dunia akan mulai terkuak. 7. Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu Tokoh pemimpin yang amat sangat Religius sampai-sampai digambarkan bagaikan seorang Resi Begawan (Pinandito) dan akan senantiasa bertindak atas dasar hukum / petunjuk Tuhan (Sinisihan Wahyu). Dengan selalu bersandar hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa, Insya Allah, bangsa ini akan mencapai zaman keemasan yang sejati.

Mackie VR1604 tone control

"Pada suatu hari ada orderan bikin Audio Mixer Home Brew ( baca: OMBRO ).
"Pokoknya ora ngowos lan ora bengung ( pokoknya tidak berdesis dan tidak berdengung )"
"Oke Boss. Minta berapa channel?"
"Sebenarnya sih buat Jaranan ( Kesenian Kuda Lumping ).tapi kayaknya aku mau bikin orkesan..."
"owh...gimana kalau 24 channel.Harganya sekian ribu.."
"Wah...dananya gak kuat.18 channel aja mas..."
Akhirnya tak carikan skema yang cocok buat pak X.
Aku nemu Mackie, Samick, Peavey dll. Tapi kuputuskan bikin buatan Mackie saja.
Gampang.
Nih gua bagi skemanya.Tone Kontrolnya aja ya...^_^

Jumat, 22 Juli 2011

Bus MAUT....???


Bagi anda yang pernah menempuh perjalanan antara Surabaya Madiun Solo Jogja atau sebaliknya, pasti kenal dengan yang namanya Sumber Kencono.
Ya, bis maut ini adalah pilihan favorit banyak orang. Alasannya adalah ekonomis dan cepat sampai tujuan. Meskipun miris juga kalau sedang ngebut di jalan. Apalagi kalau ketemu Sumber Kencono lainnya. Atau bus cepat lainnya macam MIRA atau EKA..Saya pernah iseng-iseng googling dengan keyword "kecelakaan sumber kencono", hasilnya banyak yang merupakan berita-berita kecelakaan parah. Website yang memuat juga beragam, mulai dari detik, kompas, okezone dan situs berita lainnya.

Sempat juga saya buka satu persatu dan saya resume (sempat-sempatnya ya...) hasilnya, setiap bulan dalam tahun 2007 sampai 2008 minimal terjadi satu kali kecelakaan. Bahkan ada yang empat kali kecelakaan dalam satu bulan. Hmm... Ngeri juga nih... Padahal yang tidak terekspose juga pasti ada...Btw, bukan menakut-nakuti, tapi itulah fakta. Dan sampai sekarang, bukannya dibubarkan tapi malah makin banyak bis dengan warna perak dan biru ini. Mati satu tumbuh seribu kali ya...So, berhati-hatilah kita, jangan sampai kita jadi bagian dalam berita-berita tidak mengenakkan tersebut. Tidak hanya yang menumpang bus, tapi juga pengguna jalan. Kadang kita sudah hati-hati orang lain yang tidak waspada.
 
Seorang teman berkelakar, wajar kalau sering celaka, Sumber Kencono kan artinya sumber bencana.....
Seorang teman yang lain bercerita, konon untuk bekerja menjadi supirnya cukup punya SIM dan setuju dengan satu persyaratan khusus yaitu, berani mati..Seorang teman yang lain lagi berkata, setiap tahun diberikan penghargaan bagi sopir yang belum mati. Ck..Ck..Ck.....Mari kita berdoa sebelum bepergian. Kita percaya, tidak hanya Sumber Kencono yang selalu kecelakaan. Sumber Kencono hanyalah sebuah contoh yang kebetulan adalah contoh yang parah.

Menghitung Konsumsi Daya Penguat Kelas B/AB

Seiring dengan semakin bertambahnya permintaan membuat trafo dari para rekan-rekan  yang berniat membuat penguat daya Kelas B atau AB yang salah satunya adalah adalah Gain Clone (selanjutnya disebut GC)  dari para penggemar sound maupun Gain Cloner, maka saya terdorong untuk membuat tulisan ini dengan tujuan agar para rekan SIGMA bisa memahami bagaimana cara menghitung kapasitas dari trafo yang akan digunakan ataupun juga nilai kapasitor pada rangkaian power supply berkaitan dengan besarnya daya keluaran yang diinginkan.

Menghitung Tegangan Ripple Pencatu Daya
Sebagai awalan dari tulisan ini saya akan membahas bagaimana cara menghitung tegangan ripple atau singkatnya kemudian akan saya tulis sebagai Vr. Untuk memahami tujuan dari tulisan ini cobalah anda lihat Gambar 1 di bawah, yaitu sebuah gambar rangkain penyearah gelombang penuh yang mendrive sebuah beban resistor R.
Fig1 GC calc
Gambar 1,
Rangkaian penyearah gelombang penuh mendrive beban R dengan kapasitor C 
Untuk memahami bagaimana pola tegangan listrik sebagagi fungsi waktu pada rangkain di atas bisa anda lihat gambar 2 di bawah ini.

Fig2 GC Calc
   

Gambar 2,
Bentuk gelombang listrik fungsi waktu dari sebuah penyearah gelombang penuh dengan beban RL


Pola tegangan listrik seperti pada gambar 2 di atas tentunya hanya bisa dilihat dengan osiloskop, dan jika menggunakan multimeter yang akan terukur adalah Vdcmin.

 
* Menghitung tegangan ripple Vr dari sebuah catu daya

Tegangan ripple dapat diperoleh dengan menggunakan formula sbb :

Vr = 0.5 x I x T / C.............................................Persamaan 1



Dimana :
Vr = tegangan ripple dalam volt
I = arus dalam ampere
T = periode dalam detik, untuk Indonesia dengan F_PLN = 50Hz, maka T = 20 mS/0.02 S
C = nilai kapasitor penyearah dalam farad

Untuk memahami pemakaian formula tsb, kita akan coba membahas sebuah contoh berikut

Sebuah rangkaian catu daya memiliki, tegangan sekunder trafo Vac =15V, menyerahkan tegangan dengan diode bridge dan kapasitor
C= 1000uF, diberi beban RL = 1 kohm
Berapakah nilai tegangan keluaran yang terukur  Vdcmin dan juga tegangan ripplenya Vr

Jawab :

Tegangan dari trafo akan dikonversikan oleh diode bridge dan juga kapasitor menjadi tegangan searah dengan nilai

Vdcmax  = Vac x 1.4142 - 1.2V     (----> 1.2V adalah tegangan drop pada diode bridge)
             = 15 x 1.4142 - 1.2
             = 20.013 volt

Tegangan ini akan mengalirkan arus IL sebesar      :    IL = Vdcmax / RL
                                                                                   = 20.013V / 1kohm
                                                                                   = 20.013 mA

Nilai tegangan ripple Vr = (0.5 x IL x T)/ C
                                    = (0.5 x 0.021213A x 0.02 )/ 0.001 F
                                    = 0.213 V

Nilai  Vdc min =  Vdcmax - Vr
                     =   20.013 V - 0.2013 V
                     =   19.8117 V

Dalam aplikasi yang sesungguhnya nilai yang akan didapat bisa jadi akan lebih kecil dari hasil perhitungan tsb, karena perhitungan tsb dilakukan dengan menganggap bahwa trafo yang digunakan adalah ideal dengan load regulation = 0%

Jika ada memesan trafo dari saya, anda tidak perlu lagi memperhitungkan load regulation karena trafo saya sudah dibuat dengan memperhitungkan drop tegangan ketika bekerja pada beban penuh.

Analisa kerja  penguat daya Kelas B/AB
Sekarang kita akan masuk ke dalam topik utama kita yaitu menghitung konsumsi daya penguat Kelas B dengan output transistor komplementer ataupun Quasy Complementer seperti pada IC LM3886 dan keluarganya, dan metoda yang saya uraikan pada tulisan ini tentunya juga bisa digunakan sebagai pendekatan untuk mengkalkulasi konsumsi daya penguat B atau AB.

Dalam sebuah penguat Kelas B Komplementer, ketika tidak ada sinyal yang masuk pada input amplifier maka tegangan keluaran pada output akan berada pada nilai nol terhadap ground.  Ketika amplifier ini diberi sinyal maka tegangan output akan bergerak naik menuju Vpos,  nilai maksimum atau Vpeak nya adalah pada suatu nilai tertentu yang mendekati Vpos, selanjutnya setelah mencapai Vpeak(+) maka sinyal akan turun mendekati tegangan negatif Vneg sampai pada sebuah nilai yang kita sebut Vpeak(-).
Begitulah seterusnya hal ini akan terjadi. Untuk membantu memahami penjelasan ini, anda bisa lihat gambar3 di bawah ini

Fig3_GC_Calc
 
Gambar 3

Selisih antara Vpos dan Vpeak(+) maupun juga selisih antara Vneg dan Vpeak(-)  setelah dikurangi tegangan ripple Vr adalah tegangan saturasi positif dan negatif atau kita sebut  Vsat(+) dan Vsat(-) dalam realitanya Vsat(+) dengan  Vsat(-) ini bisa sama  ataupun berbeda, akan tetapi dalam perhitungan kalkulasi daya harus dianggap sama dan mengacu pada nilai Vsat yang lebih besar. Pada data sheet LM3886 nilai Vsat ini disebut sebagai output drop Voltage dan besarnya adalah 3V.

Darimana  harus memulai

Langkah2 yang harus dilakukan sebelum melakukan perhitungan daya adalah kita harus menentukan kondisi sbb :
1.  Berapa watt daya yang diinginkan  (Po)
2. Berapa ohm impedansi speaker yang akan terhubung pada penguat ini (RL)
3. Berapa besar Vsat, dengan melihat data sheet atau mengukur sendiri
4. Berapa besar Nilai kapasitor C pada power supply yang ingin digunakan
5. Berapa besar nilai arus bias.

Tentunya juga daya maksimum yang ingin dikeluarakan tidak boleh melebihi batas kemampuan dari amplfier yang bersangkutan, dalam kasus LM3886 daya keluaran maksimumnya adalah 68 watt pada impedansi speaker 4 ohm.


Langkah-langkah Perhitungan kebutuhan daya

1. Menghitung Tegangan keluaran RMS (Kita  sebut Vo_RMS)

Setelah kita menemukan daya keluaran yang diinginkan ( disebut Po)  dan juga impedansi speaker (disebut RL), kita bisa menghitung daya keluaran RMS dari penguat dengan formula sbb

     Vo_RMS = akar ( Po x RL)....................................Persamaan 2

2. Menghitung Vpeak

Setelah V_RMS didapat kita harus menghitung  Vpeak dengan bantuan formula berikut :

     Vpeak = Vo_RMS x 1.4142...................................Persamaan 3


3. Menghitung Arus Beban  IL
Untuk menghituang  arus beban IL bisa kita gunakan formula pada persamaan 4 berikut ini :

     IL = akar (Po / RL)..................................................Persamaan 4

Arus IL ini adalah arus yang harus disediakan oleh trafo daya, jika penguat anda bekerja dalam Kelas AB maka nilai IL ini harus ditambah dengan arus bias pada operasi Kelas AB yang bersangkutan.
4. Menghitung tegangan ripple Vr
Vr bisa kita kalkulasi dengan menggunakan  persamaan 1 dengan memakai nilai arus beban yang kita dapat dari langkah 3 di atas dan  
dengan nilai kapasitor C yang sudah kita tentukan sebelumnya

             Formulanya adalah sbb : Vr = (0.5 x IL x 0.02) /(C)
                                                           
                                                    Dimana IL dalam ampere dan C dalam mikrofarad


5.  Menghitung tegangan power supply yang diperlukan
Besarnya tegangan power supply yang diperlukan adalah penjumlahan dari Vpeak, Vsat dan Vr ditambah dengan nilai tegangan 1.2V sebagai tegangan drop di penyearah gelombang penuh.
         
        Vsupply = Vpeak + Vsat + Vripple + 1.2V......................Persamaan 6


6. Menghitung Tegangan Trafo yang diperlukan

Tegangan Trafo yang diperlukan adalah Vsupply dibagi dengan 1.4142, dengan rumus dapat ditulis sbb :

            Vac1 = Vac2 = Vsupply / 1.4142...................................Persamaan 7

Setelah melewati 6 langkah di atas maka anda sudah bisa mengetahui kapasitas trafo yang anda perlukan yaitu sebuah trafo dengan sekunder Vac-0-Vac dengan rating arus sama dengan IL.
Jika anda ingin menggunakan Speaker Protector atau preamp dalam satu casing dengan amplifier ini anda harus  menambahkan gulungan sekunder lain untuk keperluan ini
Contoh Aplikasi
Berikut saya akan memberikan sebuah contoh aplikasi untuk agar anda bisa memahami lebih jelas pemakaian metode perhitungan yang  telah saya uraikan di atas.

Seorang Gain Cloner hendak membuat power amplifier  menggunakan LM3886, daya keluaran yang diinginkan adalah 50 watt dengan speaker berimpedansi 8 ohm, elco catu daya yang ingin digunakan adalah 10000uF, dan tegangan saturasi Vsat adalah 3V.
Berapakah rating trafo yang harus disediakan

*  Langkah 1 , Menghitung tegangan keluaran RMS

     Vo_RMS = akar(Po x RL)
                   = akar(50watt x 8 ohm)
                   = 20 Vrms

* Langkah 2, Menghitung Vo_peak
   
   Vo_peak = VoRMS   x 1.4142
                =  20 Vrms x 1.4142
                =  28.284 Vpeak

* Langkah 3, Menghitung Arus beban IL
 
     IL = akar (Po / RL)
         = akar (50watt/8ohm)
         = 2.5 A
    Berdasarkan informasi di data sheet LM3886, arus bias nya  (Total Quiescent Power Supply Current) adalah 85 mA
    Sehingga arus yang harus disediakan oleh trafo adalah 2.5A + 85mA  = 2.585 A

* Langkah 4, Menghitung Tegangan ripple
 
      Vr = (0.5 xILx 0.02)/(C)
           = (0.5 x IL x 0.02)/( 0.01)      ------> 10000uF = 0.01 F
           = 2.585V

* Langkah 5, Menghitung Tegangan power supply yang diperlukan
 
    Vsupply = Vpeak    +  Vsat +  Vripple  + 1.2V
                = 28.284V +  3V   +  2.585V  + 1.2V
                = 35.069 V

* Langkah 6, Menghitung tegangan trafo yang diperlukan
 
    Vac1 = Vac2 = Vsupply/1.4142
                      = 35.069/1.4142
                      = 24.8V

Dari perhitungan di atas maka trafo yang diperlukan adalah trafo dengan sekunder 24.8V-0-24.8V dengan rating arus 2.585A
Seperti pada gambar 4 di bawah ini

Fig4_GC Calc

Gambar 4

Hasil perhitungan contoh aplikasi


Dalam menyediakan  trafo tentunya ada tidak perlu memesan dengan trafo dengan nilai persis seperti di atas tapi bisa dilakukan pendekatan  sehingga trafo yang disediakan bisa menjadi 25V-0-25V, 2.6A.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa hasil perhitungan ini adalah untuk satu kanal amplifier atau mono, jika penguat yang hendak anda buat adalah stereo tentunya anda harus menyediakan trafo yang rating arusnya adalah dua kali hasil perhitungan di atas namun dengan tegangan yang sama, atau bisa juga menyediakan dua buah trafo terpisah untuk masing2 kanal.

Semoga tulisan ini bisa membantu anda untuk menghitung dengan cepat dan akurat akan  kebutuhan daya sebuah penguat Kelas  B/AB sehingga bisa menentukan trafo yang cocok dengan kebutuhan anda. trims salam ashelolle... heheheh

Kamis, 21 Juli 2011

Pengertian, Definisi dan Rumus BEP / Break Even Point - Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan

Break Even point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit.

Rumus Analisis Break Even :
BEP = Total Fixed Cost / (Harga perunit - Variabel Cost Perunit)

Keterangan :
- Fixed cost : biaya tetap yang nilainya cenderung stabil tanpa dipengaruhi unit yang diproduksi.
- Variable cost : biaya variabel yang besar nilainya tergantung pada benyak sedikit jumlah barang yng diproduksi.

Contoh :
Misalnya ada perusahaan konveksi kaos kaki murah yang harga satu buah kaos kaki adalah Rp. 10.000 dengan biaya variabel sebesar Rp. 5.000 per kaos kaki dan biaya tatap sebesar Rp. 10.000.000

BEP = 10.000.000 / (10.000 - 5.000)
BEP = 20.000

Jadi diperlukan memproduksi 20.000 kaos kaki untuk mendapatkan kondisi seimbang antara biaya dengan keuntungan alias profit nol.

disandur dari

http://organisasi.org/pengertian_definisi_dan_rumus_bep_break_even_point_ilmu_ekonomi_studi_pembangunan

Ternyata diam-diam di Fakultas TEKNIK UNEJ Banyak FOTO MODEL ???

Siapa sangka dengan kemajuan teknology saat ini yg semakin pesat, juga semakin banyak pula produk-produk kamera digital (camdig jare mbah wahid), Kamera DSLR (kamera TEROPONG jare Ms Dapong) yg murah dengan harga yg pas di kantong mahsiswa. Hal ini membuat temen-temen kita banyak mempunyai kamera digital maupun DSLR, sehingga tidak heran jika mulai angkatan 2010 banyak bermunculan hobby photografi di TEKNIK....??? (wah lek hobbyne seng ngetik masih tetep lah C**O**N****NG ), nah berikut ini beberapa photo kreasi dari hasil jepretan temen-temen yg boleh di bilang hasilnya cukuplah untuk kelas newby hehehe... monggo ...



























Nah piye (gmana) mas broww??? sippp tohh?? hehehehehh so jangan negative thinking browh, tetep positive thinking aja yach??!!! ......... thanks to, Jesika, Riska, Avrina, Tery, Sela, Ogta, Bunga...... Oh iya lupa, nieh tak kasih bonus foto super hero UNEJ

Power Amp APEX H 900 V2


Rabu, 20 Juli 2011

Gainclone TDA 30 watt



Power Amp APEX 550 watt class B



proses pengelasan

Heat input

Dari sumber panas yang digunakan, pemanasan logam induk sampai pada suhu puncak ( mencair), mempunyai karakteristik sesuai sifat phisik logam tersebut antara lain pada suhu tertentu logam tersebut mengalami transformasi baik sebagian atau seluruhnya, tegantung kecepatan pemanasannya ( heating rate ). Sedangkan heating rate tersebut tergantung dari jenis proses pengelasan.

Contoh:

Pada proses las karbid sumber panasnya rendah, kecepatan pemanasan lambat, yang berdampak transformasi dapat terjadi secara menyeluruh. Tinggi rendahnya suhu puncak ( Peak temperature) berdampak pada penahanan logam pada struktur tertentu, sehingga dapat menyempurnakan atau mengurangi kesempatan bertransformasi. Sedangkan pada las listrik, karena heat input lebih besar dibanding las karbid, maka kecepatan pemanasannya lebih cepat, transformasi tidak sempurna. Dengan diimbangi oleh kecepatan pengelasan yang harus lebih besar, maka las listrik mempunyai daerah yang dipengaruhi panas las yang lebih sempit.

Pemanasan yang lambat juga menyebabkan perambatan panas kesegala arah, sehingga menambah jumlah energi panas yang dibutuhkan yang berarti memperlambat pencairan, yang dampaknya menambah perubahan bentuk. Jadi pada pengelasan baja dengan dengan menggunakan heat input yang lambat memungkinkan kesempatan transformasi dari ferit –pearlit menjadi austenit.

Bisa disimpulkan bahwa bila menggunakan heat input yang rendah, mengharuskan kecepatan pengelasan yang relatif pelan, maka energi panas banyak menyebar kebagian logam, sehingga semakin banyak daerah yang dipanasi, berarti lebih banyak daerah yang mengalami perubahan struktur kristal. Sebaliknya dengan heat input yang tinggi, baja mencair dengan cepat, sehingga kecepatan pengelasan lebih besar, yang berarti daerah yang dipengaruhi panas las sempit.

Lamanya sumber panas menyentuh permukaan logam, untuk mencairkan logam induk , mempengaruhi terbentuknya logam las dan dalamnya penetrasi. Bertambah lamanya sumber panas ada pada satu tempat, misalnya pada kecepatan pengelasan yang lambat, menyebabkan over heating logam induk yang menghasilkan daerah yang dipengaruhi panas lebih luas, namun penetrasinya dangkal .

Panas yang mengenai benda kerja merambat sesuai dengan pola pada gambar bawah, dimana bertambah jauh letak tempat yang diukur dari sumber panas, bertambah rendah suhunya.

DAERAH LAS

1. Weld Metal ( Logam Las )

2. Fusion Line (garis gabungan/ batas las.

3. H A Z ( Heat Afected Zone )

4. Parent Metal ( logam Induk )



· Weld Metal ( Weld Deposit)

Logam las (weld metal) merupakanbagiaan darilogam yangpada waktu pengelasan mencair kemudian membeku

- Berasal dari filler metal dan logam induk bila menggunakan consumable electrode

- Berasal dari logam induk bila menggunakan noncunsumable elctrode dan tanpa filler metal.

· Fusion Line :

Merupakan daerah perbatasan antara daerah yang mengalami peleburan dan yang tidak melebur. Daerah ini sangat tipis sekali sehingga dinamakan garis gabungan antara weld metal dan H A Z.

· H A Z ( Heat Affected Zone )

Daerah yang dipengaruhi panas yang dalam bahasa inggrisnya adalah Heat Affected Zone dan disingkat HAZ merupakan logam dasar yang bersebelahan dengan logam las yang selama proses pengelasan mengalami siklus termal pemanasan dan pendinginan cepat, sehingga terjadi perubahan struktur akibat pemanasan tersebut disebabkan daerah yang mengalami pemanasan yang cukup tinggi . Sebagai contoh untuk baja pemanasan sampai diatas garis Ac3 ( untuk baja hypoeutectoid/ baja dengan carbon < 0.8% ) atau diatas Ac1 ( untuk baja hypereutectoid / baja dengan carbon > 0.8%

  • Logam Induk

Logam induk merupakan logam dasar dimana panas dan suhu pengelasan tidak menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan struktur dan sifat.

Daya

a. Tegangan busur Las

Tingginya tegangan busur tergantung pada panjang busur yang dikehendaki dan jenis elektroda yang digunakan. Pada elektroda yang sejenis tinggi tegangan busur yang diperlukan berbanding lurus dengan panjang busur. Pada dasarnya busur listrik yang terlalu panjang tidak dikehendaki karena stabilitasnya mudah terganggu sehingga hasil pegelasan tidak rata. Disamping itu tingginya tegangan tidak banyak mempengaruhi kecepatan pencairan, sehingga tegangan yang terlalu tinggi hanya akan membuang-buang energi saja.

Tegangan busur yang rendah akan menghasilkan penembusan yang dalam dengan manik yang sempit yang menyebabkan terbentuknya manik buah pir. Tegangan yang tinggi akan menghasilkan penembusan yang kurang dalam dan manik yang datar yang dapat menyebabkan terjadinya retak tegang seperti terlihat pada gambar. Disamping itu bila tegangan dinaikkan maka keperluan fluks juga bertambah.

Panjang busur yang dianggap baik kira-kira sama dengan garis tengah elektroda. Tegangan yang diperlukan untuk mengelas dengan elektroda bergaris tengah 3 sampai 6 mm, kira-kira antara 20 sampai 30 volt untuk posisi datar. Sedangkan untuk posisi tegak atau atas kepala biasanya dikurangi lagi dengan 2 sampai 5 volt. Kestabilan busur dapat juga didengar dari kestabilan suaranya selama pengelasan.
b. Besar arus las

Besarnya arus las yang diperlukan tergantung dari bahan dan ukuran dari bahan dan ukuran dari lasan, geometri sambungan, posisi pengelasan, macam elektroda dan diameter inti elektroda. Dalam hal daerah las mempunyai kapasitas panas yang tinggi maka dengan sendirinya diperlukan arus las yang kecil. Bila ada kemungkinan terjadi retak panas seperti pada pengelasan baja tahan karat austenit maka dengan sendirinya harus diusahakan menggunakan arus yang kecil saja. Dalam hal mengelas baja paduan, dimana daerah HAZ dapat mengeras dengan mudah, maka harus diusahakan pendinginan yang pelan dan untuk ini diperlukan arus yang besar dan mungkin masih memerlukan pemanasan kemudian.

Arus las memberikan pengaruh yang terbesar pada penembusan dan penguatan. Arus yang terlalu kecil akan menghasilkan penembusan dan penguatan yang rendah, dan bila terlalu besar akan menghasikan manik berbentuk buah pir seperti terlihat pada gambar dan akan mudah terjadi retak panas.

Kecepatan pengelasan

Kecepatan pengelasan tergantung pada jenis elektroda, diameter inti elektroda, bahan yang dilas, geometri sambungan, ketelitian sambungan dan lain-lainnya. Dalam hampir tidak ada hubungannya dengan tegangan las tetapi berbanding lurus dengan arus las. Karena itu pengelasan yang cepat memerlukan arus las yang tinggi.

Bila tegangan dan arus dibuat tetap, sedang kecepatan pengelasan dinaikkan maka jumlah deposit per satuan panjang las jadi menurun. Tetapi di samping itu sampai pada suatu kecepatan tertentu, kenaikan kecepatan akan memperbesar penembusan. Bila kecepatan pengelasan dinaikkan terus maka masukan panas per satuan panjang juga akan menjadi kecil, sehingga pendinginan akan berjalan terlalu cepat yang mungkin dapat memperkeras daerah HAZ.

Pada umumnya dalam pelaksanaan kecepatan selalu diusahakan setinggi-tingginya tetapi masih belum merusak kwalitas manik las. Pengalaman juga menunjukkan bahwa makin tinggi kecepatan makin kecil perubahan bentuk yang terjadi.

Kecepatan pengelasan yang rendah akan menyebabkan pencairan yang banyak dan pembentukan manik datar yang dapat menimbulkan terjadinya lipatan manik. Sedangkan kecepatan yang tinggi akan menurunkan lebar manik dan menyebabkan terjadinya bentuk manik yang cekung dan takik, terlihat seperti gambar dibawah ini.

Pendinginan

Lamanya pendinginan dalam suatu daerah temperatur tertentu dari suatu siklus termal las sangat mempengaruhi kwalitas sambungan. Karena itu banyak sekali usaha-usaha pendekatan untuk menentukan lamanya waktu pendinginan tersebut. Pendekatan ini biasanya dinyatakan dalam bentuk rumus empiris atau nomograf atau tabel seperti yang terlihat dalam tabel dibawah ini.

Struktur mikro dan sifat mekanik dari daerah HAZ sebagian besar tergantung pada lamanya pendinginan dari temperatur 800 oC samapi 500 oC. Sedangkan retak dingin, dimana hidrogen memegang peranan penting, terjadinya sangat tergantung oleh lamanya pendinginan dari temperatur 800 oC sampai 300 oC atau 100 oC

Besarnya penembusan atau penetrasi

Untuk mendapatkan kekuatan sambungan yang tinggi diperlukan penembusan atau penetrasi yang cukup. Sedangkan besarnya penembusan tergantung kepada sifat-sifat fluks, polaritas, besarnya arus, kecepaan las dan tegangan yang digunakan. Pada dasarnya makin besar arus las makin besar pula daya tembusnya. Sedangkan tegangan memberikan pengaruh yang sebaliknya yaitu makin besar tegangan makin panjang busur yang terjadi dan makin tidak terpusat, sehingga panasnya melebar dan menghasilkan penetrasi yang lebar dan dangkal. Dalam hal tegangan ada pengecualian terhadap beberapa elektroda khusus untuk penembusan dalam yang memang memerlukan tegangan tinggi. Pengaruh kecepatan seperti diterangkan sebelumnya bahwa sampai pada suatu kecepatan tertentu naiknya kecepatan akan memperdalam penembusan, tetapi melampaui kecepatan tersebut penembusan akan turun dengan naiknya kecepatan.

Pemilihan fluks dan kawat elektroda

Fluks dan kawat merupakan bahan las yang sangat menentukan dan saling mempengaruhi. Karena itu pemilihan kedua bahan ini harus dilakukan bersamaan dengan memperhatikan sifat-sifat bahan induk, kwalitas sambungan, keadaan permukaan geometri sambungan dan lain-lainnya. Pelaksanaan yang berhubungan dengan fluks adalah tinggi pelepasan fluks, dimana sangat tergantung dari jenis fluks yang digunakan. Pada dasarnya tinggi pelepasan fluks adalah sedemikian rupa sehingga gas yang terbentuk mudah berdifusi dan tidak menimbulkan busur yang terbuka.

Elektroda yang digunakan pada pengelasan jenis ini ada 3 macam yaitu : elektroda polos, elektroda fluks dan elektroda berlapis tebal. Elektroda polos adalah elektroda tanpa diberi lapisan dan penggunaan elektroda jenis ini terbatas antara lain untuk besi tempa dan baja lunak. Elektroda fluks adalah elektroda yang mempunyai lapisan tipis fluks, dimana fluks ini berguna melarutkan dan mencegah terbentuknya oksida-oksida pada saat pengelasan. Kawat las berlapis tebal paling banyak digunakan terutama pada proses pengelasan komersil.

Lapisan pada elektroda berlapis tebal mempunyai fungsi :
  1. Membentuk lingkungan pelindung.
  2. Membentuk terak dengan sifat-sifat tertentu untuk melindungi logam cair.
  3. Memungkinkan pengelasan pada posisi diatas kepala dan tegak lurus.
  4. Menstabilisasi busur.
  5. Menambah unsur logam paduan pada logam induk.
  6. Memurnikan logam secara metalurgi.
  7. Mengurangi cipratan logam pengisi.
  8. Meningkatkan efisiensi pengendapan.
  9. Menghilangkan oksida dan ketidakmurnia.
  10. Mempengaruhi kedalaman penetrasi busur.
  11. Mempengaruhi bentuk manik.
  12. Memperlambat kecepatan pendinginan sambungan las.
  13. Menambah logam las yang berasal dari serbuk logam dalam lapisan pelindung.

Fungsi-fungsi yang disebutkan diatas berlaku umum yang artinya belum tentu sebuah elektroda akan mempunyai kesemua sifat tersebut. Komposisi lapisan elektroda yang digunakan bisa berasal dari bahan organik ataupun bahan anorganik ataupun campurannya.Unsur-unsur utama yang umum digunakan adalah :

  1. Unsur pembentuk terak : SiO2 , MnO2 , FeO dan Al2O3 .
  2. Unsur yang meningkatkan sifat busur : Na2O, CaO, MgO dan TiO2.
  3. Unsur deoksidasi : grafit, aluminium dan serbuk kayu.
  4. Bahan pengikat : natrium silikat, kalium silikat dan asbes.
  5. Unsur paduan yang meningkatkan kekuatan sambungan las : vanadium, sirkonium, sesium, kobal, molibden, aluminium, nikel, mangan dan tungsten.

Material

Berhasil atau gagalnya pengelasan pada suatu logam tergantung pada sifat mampu las pada logam tersebut. Logam yang mempunyai sifat mampu las yang baik didalam melakukan proses pengelasan lebih mudah dan menghasilkan hasil lasan yang baik. Sebaliknya pada logam yang mempunyai sifat mampu las yang rendah prosedur pengelasannya lebih sulit dan menghasilkan hasil lasan yang kurang baik. Kenyataanya di dalam suatu konstruksi sambungan hanya beberapa logam yang biasa dilakukan pekerjaaan las karena pada logam –logam tersebut bisa mampu diupayakan untuk proses las yang menghasilkan sambungan yang baik. Logam-logam tersebut antara lain: Logam ferro seperti besi, baja serta logam-logam non ferros seperti Alumilium, magnesium, tembaga, titanium dan paduan dari logam-logam tersebut.

Besi dan Baja

Bahan logam ferros yang komersial mengan dung karbon antara 0 – 4,5% dan dibagi dalam tiga golongan yaitu:

a. Besi dengan kadar C antara 0 sam.pai 0,008%

b. Baja dengan kadar C antara 0.008 -2%

c. Besi cor dengan kandungan C antara 2 – 4.5%

1. Besi:

Besi yang mengadung unsur C dan unsur paduan yang rendah, mempunyai sifat mampu keras yang rendah.

Besi yang digunakan didalam industri ada dua jenis :

- besi tempa

- ingot

Pengelasan besi:

a. Besi tempa : logam yang sangat mudah dilas. Karena sifatnya lunak bila dilas menghasilkan penetrai yang dalam. Untuk menghindari hal tersebut didalam pengelasan menggunakan las busur elektroda terbungkus dengan arus yang rendah

b. Besi ingot : mempunyai kemurnian yang lebih tinggi , butirnya homogen, dan jarang menghasilkan gas. Sifat mampu lasnya lebih baik

2. Baja Karbon

Klasifikasi: Baja karbon adalah paduan antara besi dan karbon dengan sedikit unsur ikutan seperti: Si, Mn, P, S dan Cu.

Sifat baja karbon sangat tergantung pada besarnya kadar karbon. Semakin tinggi kandungan karbon baja semakin kuat dan keras namun keuletannya semakin menurun.

Berdasarkan besar kandungan karbon baja karbon dikelompokkan menjadi:

a. Baja karbon rendah ( C<>

b. Baja karbon menengah ( C: 0.30 -- 0,45% )

c. Baja karbon tinggi ( C: 0,45 -- 1,7% )

· Baja Karbon Rendah:

Sifat mampu las: Baja karbon rendah atau biasa disebut mild steel mempunyai sifat mampu las yang baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi mampu las adalah kekuatan takik dan kepekaan terhadap retak las. Kekuatan takik dapat diperbaiki dengan menurunkan C dan menaikkan Mn.

Kepekaan retak las yang rendah, namun retak bisa terjadi pada pengelasan pelat tebal atau bila didalam baja terdapat unsur S bebas yang tinggi.

· Baja karbon Menengah dan baja karbon tinggi

Power Amp APEX seri AX14

Jika beban RL 4 ohm = 120 watt
Jika beban RL 8 ohm= 80 watt




AP_1 dublex





berikut adalah data teknis nya
Nama: Ap_1 dublex
Wingspan : 120 cm
aerofoil:
Length : 80 cm
Weight total : 400 (dg batre 1800 20c mah)
elektronik:
- motor tower pro 2409 12t
-prop 7x6 APC
-ecs towerpro 30A
-2 servo hxt 900
-batre turnigy 1800 mah 20c
-radio 2.4 ghz turnigy 9x
-kamera mikro turnigy 30 fps
berikut gambar saat pengujian terbang
berikut adalah hasil dari kamera mikro turnigy
http://www.youtube.com/watch?v=Yp8qn2ZmOL8

Siapa bilang CEWE hanya bisa masak doank????

Hari gini masih ada anggapan kalau cewe cuma bisa ngerjain hal-hal ringan???? woooww***ndeso mas broww... hahahahahahhaha, Btw kayaknya untuk saat ini anggapan seperti itu sudah ga berlaku di kampus kesayangan kami (FAKULTAS TEKNIK UNEJ), malahan cewe dikampus kami (CEWE TEKNIK) selalu mandiri... heheheh bukan mandi sendiri lowh..!!!!.. hahahahaha......Mereka bahkan sering terlibat dalam kegiatan-kegiatan keteknikan dalam kampus, seperti event mobil listrik, water roket, aero kreasi, robotika, dll yg penting halal... hehehehe berikut nie foto-foto dari beberapa kegiatan kami.

Mbak Ruuly lagi membersihkan daleman motor BLDC low KV untuk mobil listrik, di LAB LAS

Nieh controler motor BLDC dg daya single 500 watt

Profesor Yasin (Dulbehek Saja) lagi asik maen Aero Kreasi (nyopir pesawat remote control)

Om uyab lagi ngomprek controller motor BLDC lowKV untuk mobil listrik.
 
Nah klu yg ini malah lagi nyupir bis... heheheheheheh...(Jember-Denpasar PP)

Nah temen-temen,... ntu sekilas kegiatan yg kami lakukan di tengah-tengah kesibukan kuliah... hehehehe jadi jangan heran jikalau ada diantara kami yang jarang mandi klu mo berangkat kuliah... hehehehehe maklum kejar setoran broow... heheheh,.... teknik jooossshh....